
Kajian Tokoh Islam Kontemporer telah dilaksanakan oleh Divisi Pengembangan Keimual Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (HMPS PAI) Universitas Ahmad Dahlan yang dilaksanakan pada Jum’at, 17 November 2023 pada pukul 15.30-17.30 WIB yang bertempat di Laboratorium Fakultas Agama Islam UAD. Pada program kajian tokoh islam kontemporer kali ini dihadiri lebih dari 20 peserta.
Program Kajian Tokoh Islam Kontemporer kali ini diadakan dengan harapan dapat mengenalkan tokoh Islam kontemporer kepada para peserta program ini terutama mahasiswa PAI UAD. Dengan adanya program ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai tokoh yang dibahas serta dapat mengamalkan ilmu serta pemikiran positif yang ada pada tokoh yang dibahas dalam program ini.
Program Kajian Tokoh Islam Kontemporer kali ini mengkaji tokoh Islam Buya Syafi’I Ma’arif, yang pada kajian kali ini dipandu oleh moderator yakni Bayu Agung Maulana yang merupakan ketua divisi kajian strategis HMPS PAI UAD, dengan seorang pemateri yakni saudara Muhammad Yasir Abdad yang merupakan sekretaris bidang hubungan internasional Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) yang juga merupakan mahasiswa berprestasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2022.
Pada kajian tokoh Islam kontemporer kali ini membahas Buya Syafi’I Ma’arif. Beliau merupakan Salah satu tokoh Pendidikan Islam di Indonesia, beliau adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Beliau juga merupakan tokoh Muhammadiyah yang sangat terkenal di Indonesia, Beliau dikenal sebagai salah satu tokoh yang berjasa di Muhammadiyah berkat perannya sebagai ketua umum Muhammadiyah dari tahun 1998-2005. Kajian kali ini membahas peran serta pemikiran Buya Syafi’I Ma’arif.
Pemateri dalam acara kali ini yaitu Saudara Muhammad Yasir Abdad menekankan dalam penyamapaian materinya bahwa pemikiran Buya Syafi’I Ma’arif sangatlah toleran terhadap kelompok-kelompok lain yang ada di sekitarnya. Pemateri juga mengatakan bahwa akan sangat aneh jika suatu wilayah hanya ditempati oleh kelompok saja tanpa adanya kelompok lain, hal ini hampir tidak mungkin terjadi di Indonesia yang memiliki kelompok yang sangatlah majemuk sehingga sangat penting sikap toleransi seperti yang dicontohkan oleh Buya Syafi’I Ma’arif. Beliau juga menyampaikan untuk mengkroscek dahulu setiap apa yang ada di kejadian sekitar dan tidak langsung menjudge agar tidak terjadi konflik. Pemateri menutup sesi materi dengan kata-kata penutup yakni beliau berharap agar seluruh peserta yang mengikuti acara kali ini terus berjuang hingga menjadi orang yang sukses dan tidak menyerah ditengah jalan.
Pada sesi tanya jawab setelah sesi materi selesai terdapat dua penanya, pertanyaan pertama yaitu dimanakah batas toleransi, jawaban pemateri adalah dimana kita dan lawan bicara ataupun kelompok lain sama-sama merasa nyaman. Pertanyaan kedua yakni bagaimana agar kita dapat berpikir seperti Buya Syafi’I Ma’arf, pertanyaan ini dijawab pemateri yakni dengan cara menambah wawasan sebanyak mungkin karena menurut pemateri Buya Syafi’I merupakan seorang pembaca buku yang amat banyak bahkan memiliki perpustakaan pribadi dirumahnya yang jumlah bukunya mencapai ribuan. (Faiq Husaini)